Tujuan pilar 4 TPM adalah konsistensi produktivitas tinggi dalam setiap proses produksi melalui improvement mengembalikan ke standar kondisi awal.
Pilar TPM 4 ini tidak ada target zerro defect atau zerro berakdown
Kelompok kerja khusus dimaksud ditujukan kepada PE (Production Engineering) karena prinsip kerja production engineering adalah proyek perbaikan dan modifikasi. Jika belum ada PE bisa dibuat sementara berupa team yang anggotanya memiliki keahlian di bidang teknik, design dan manajemen proyek.
Sumber pekerjaan PE berasal dari:
- Hasil pemeriksaan sendiri PE
- Perbaikan overhoul Maintenance
- Permintaan produksi
- Permintaan manajemen puncak untuk membuat produktivitas meningkat dengan biaya proses lebih murah
- Permintaan khusus dari konsumen.
- Mesin Produksi
- Tooling
- Material Handling
Waktu operasional mesin produksi berbanding lurus dengan penurunan kinerja mesin produksi tersebut sehingga terjadi perbedaan output saat ini dibanding saat awal.
Contohnya proses produksi mesin baru mampu menghasilkan output 10000 pcs seminggu namun setahun berikutnya belum dapat dijamin pencapaian output 10000 pcs seminggu dan ternyata setelah diukur hanya mampu menghasilkan rata-rata 9950 pcs seminggu.
Ini adalah PR bagi PE untuk mengembalikan agar output mesin seperti kondisi baru. Mari kita lihat contoh apa yang dikerjakan PE untuk mengembalikan output seperti semula ini.
Contoh 1:
Sebuah industri automotive rubber part memiliki mesin hose extruder pembuat radiator hose kendaraan. Awal pemasangan mesin mampu memproduksi 10000 radiator hose seminggu. Setahun berikutnya terjadi penurunan output menjadi 9950 pcs seminggu atau turun 50 pcs seminggu.
Melalui analisa mendalam akhirnya PE memperoleh solusi untuk mengembalikan output seperti awal dengan cara memangkas perjalanan produk antara dies extruder menuju mesin braiding pelapis benang nilon radiator hose.
Dari dies extruder kondisi temperature ribbon rubber masih panas. Proses pendinginan melalui sistem conveying panjang dan ini dapat dipangkas dengan membuat media pendingin air agar proses mejadi lebih cepat menuju proses berikutnya.
Contoh 2:
Sebuah industri furniture memproduksi perabotan furniture seperti rak tv, kitchen set, meja, rak buku dan tempat tidur.
Disini terdapat mesin Edging untuk melapisi produk bagian pinggir menggunakan bahan PVC sesuai warna teksture.
PE diminta kepala produksi untuk menurunkan cycle time proses edging terutama pada saat input bahan ke proses mesin edging.
Susunan bahan di atas palet yang akan diproses edging, satu per satu diambil operator dan dimasukan ke mesin edging. Waktu pengambilan antara susunan paling atas dengan paling bawah terjadi perbedaan waktu, posisi paling bawah lebih lama karena jangkauan lebih jauh bahkan operator harus menundukan badannya saat pengambilan.
Setelah melalui analisa mendalam akhirnya diperoleh solusinya dengan cara penambahan alat bantu proses memasukan bahan ke mesin edging untuk memangkas perbedaan waktu pengambilan bahan dari palet dengan cara membuat lifting table yaitu meja yang bisa digerakan naik turun menggunakan sistem hydraulic dan operator tinggal injak foot switch untuk menjalankan lifting table tersebut.
2. Tooling
Tooling atau peralatan kerja adalah peralatan pendukung proses produksi contohnya dies, mould, mata bor dan pisau potong. Tooling bukan peralatan kerja seperti obeng, tang dan sejenisnya karena itu termasuk peralatan kerja maintenance.
PE memiliki sistem tooling management. Tidak ada tooling status stock out berikut metode penyimpanannya berdasarkan SOP.
3. Material Handling
Material handling adalah proses pemindahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi dari satu proses ke proses berikutnya.
Tugas PE baik diminta user maupun tanpa diminta adalah membuat material handling menjadi lebih efisien.
Contoh
Sebuah industri pengolahan kaca lembaran standar diubah menjadi ukuran sesuai permintaan konsumen. Proses pemindahan kaca menggunakan rubber vacuum yang ditempelkan di kaca. Pada saat akan dipindahkan harus menggunakan mesin hoist crane dan kaca diangkat oleh cantolan pada handle rubber vacuum tersebut.
Terdapat banyak pemborosan waktu pada proses tersebut disamping faktor keselamatan kerja.
Setelah analisa mendalam ditemukan solusinya adalah membuat roller conveyor table yang saling terhubung diantara mesin sehingga kaca akan selalu berada di atas roler conveyor tersebut sampai proses akhir yaitu penyusunan dan pengemasan.
Pembuatan roler conveyor juga bisa diterapkan pada industri furniture, yang membedakan adalah tinggi conveyornya. Untuk furniture roler conveyor dapat dibuat hanya setinggi 30 cm dari lantai berdasarkan pertimbangan bahwa penyusunan bisa sampai 60 lembar diatas roler conveyor tersebut. Saat akan dipindahkan oleh operator tinggal mendorong susunan bahan di atas roler conveyor tersebut.
Loading posts