Perhitungan Utility Cost Dari Solar Industri Untuk Mendapatkan Angka Gross Profit

Perhitungan Utility Cost Dari Solar Industri Untuk Mendapatkan Angka Gross Profit
Ulasan ini mengenai contoh simulasi perhitungan utility cost dari solar industri yang merupakan solar non subsidi diperuntukan pada industri, tambang dan shipping seperti untuk mengoperasikan alat berat, armada kendaraan, genset dan incenerator yang hasil perhitungannya digunakan untuk mendapatkan angka gross profit secara global.

Hubungan gross profit dan utility cost

Pembahasan gross profit lebih detil pada artikel terpisah tentang cara menghitung gross profit agar tahu berapa untung perusahaan Anda dan untuk refresh akan dimunculkan disini sekilas gambaran dari cara menghitung gross profit ini.

Cara menghitung gross profit perusahaan didapatkan menggunakan rumus pengurangan sales revenue dikurangi cost of good sold. Angka sales revenue didapatkan berdasarkan data hasil penjualan produk sedangkan angka cost of goods sold didapatkan dari data hasil penggabungan antara variable cost dan fixed cost.

Rumus cara menghitung gross profit = sales revenue - cost of goods sold
Atau cara menghitung gross profit = sales revenue - (variable cost + fixed cost)

Utility cost masuk kategori variabel cost disamping material cost, direct labour cost, delivery cost dan other cost sehingga didapatkan rumus:

Variable cost = utility cost + material cost + direct labour cost + delivery cost + other cost
Fixed cost = labour cost (tingkatan staff) + machine cost (depresiasi mesin) + building cost (sewa gedung).

Sekarang sudah terlihat hubungan antara cara menghitung gross profit dengan perhitungan utility cost.

Utility cost selain biaya solar industri bisa berasal dari biaya pemakaian energi listrik, air, angin bertekanan, chiller, steam, gas dan sumber energi lainnya hanya sementara diabaikan dalam perhitungan saat ini fokus pada utility cost solar industri saja.

Semakin besar utility cost maka gross profit akan semakin turun dengan catatan komponen biaya yang lainnya kita anggap tetap atau konstan.

Rumus keterkaitan utility cost dengan gross profit:
Gross profit = sales revenue - (utility cost + material cost + direct labour cost + delivery cost + other cost + FIXED Cost)

Utility cost dari solar industri pabrik

Pemakain solar industri dalam pabrik harus memenuhi standar densitas solar disamping standar kualitasnya. Densitas solar adalah berat jenis solar atau masa jenis solar atau specific gravity.

Berat jenis solar industri berada pada kisaran 0,82 - 0,87. Berat jenis solar industri yang mendekati angka 0,82 tarikannya kuat tetapi boros sementara berat jenis solar industri mendekati 0,87 tarikannya kurang kuat tetapi lebih awet.

Jika teridentifikasi berat jenis solar industri dibawah 0,82 atau di atas 0,87 maka solar industri ini tidak akan berfungsi sebagai bahan bakar.

Rumus berat jenis solar industri adalah berat solar industri dalam Kg dibagi volumenya dalam satuan liter atau centimeter cubic (cc).

Mengetahui berat jenis solar industri sesuai standar bisa dilakukan dengan cara pengukuran densitas solar industri. Alat pengukur densitas solar industri adalah hydrometer 0,8 mL, thermometer dan tabel ASTM. Hasil pengukuran instrumen tersebut yang dikonversi pada tabel ASTM adalah nilai densitas solar industri yang diperoleh.

Perhitungan utility cost dari solar industri

Kembali pada tema perhitungan solar industri sebagai faktor hitungan gross profit. Semakin besar biaya konsumsi solar industri akan semakin turun gross profit jika dianggap faktor lainnya konstan.

Rumus biaya konsumsi solar industri:

Biaya solar industri = Total konsumsi solar industri x Harga solar industri.

Perhitungan utility cost konsumsi solar industri dibuat dalam periode quartal (3 bulan), semester (6 bulan) dan annual (1 tahun) dan ini mengikuti laporan presentasi manajemen dengan salah satu poin pelaporannya tentang untung rugi selama periode tersebut.

Contoh perhitungan konsumsi solar industri:
Data konsumsi solar industri selama 3 bulan beberapa alat berat terdiri dari 2 unit excavator, 3 unit wheel loader, 4 unit forklift, 1 unit genset dan 1 unit kendaraan gudang sebesar 32100 liter.

Berapa utility cost solar industri selama 3 bulan tersebut?

Untuk mendapatkan jawabannya maka perlu diketahui terlebih dulu besarnya harga distribusi solar industri setiap liter. Dikutip dari laman solarindustri.co.id harga distribusi solar industri pertamina bulan April 2019 untuk area I (Sumatra, Jawa, Bali dan Madura) sebesar Rp. 13.227,8 /liter (harga dasar Rp. 11.900,- /liter).

Utility cost solar industri selama 3 bulan
= 32100 x Rp. 13.227,8
= Rp. 424.612.380,-

Harga distribusi solar industri untuk area lainnya:
Area II Kalimantan Rp. 13.277,43 /liter, harga dasar Rp. 11.900,- /liter
Area III Sulawesi, NTB Rp. Rp.13.338,96 /liter, harga dasar Rp. 12.000,- /liter
Area IV Maluku, NTT dan Irian Jaya Rp. 13.505,7 /liter, harga dasar Rp. 12.150,- /liter

Biaya ini akan masuk dalam perhitungan variable cost dan mempengaruhi angka gross profit. Semakin besar angka konsumsi solar industri semakin turun gross profit perusahaan.

Kerugian gross profit dari konsumsi solar industri ini dapat diminimalkan melalui upaya efektivitas pemakaian solar industri sebagai berikut:
  • Caranya terlebih dulu ketahui standar konsumsi solar industri per jam setiap peralatan sehingga dapat diperiksa kesesuaian antara jumlah hourmeter peralatan dengan standar konsumsi solar per jamnya. Cara mendapatkan standar konsumsi BBM solar alat berat per jam sebenarnya sangat mudah.
  • Prosedure penerimaan solar industri saat tiba dengan tujuan memastikan kesesuaian volume solar industri yang di order dengan aktual yang diterima. Panduannya bisa dilihat dalam artikel cara memastikan kesesuaian volume solar industri yang diterima.
  • Prosedur memastikan kualitas solar industri sesuai standar setiap penerimaan agar pemakaian solar industri tidak boros dan tidak merusak peralatan.
Loading posts
seputarpabrik.com
Semoga bermanfaat
Share WhatsApp

Related Posts