Metode Kerja Pencampuran Aspal Panas

metode kerja pencampuran aspal panas
Metode kerja pencampuran aspal panas mencakup pengadaaan lapis padat yang awet dari lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran aspal yang terdiri agregat dan bahan aspal yang dicampur di pusat instalasi pencampuran serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.

Semua campuran dirancang menggunakan prosedur khusus, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal yang cocok, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan ketebalan terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa dalam merancang aspal beton konvensional, yang dimulai dari memperoleh kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi Spesifikasi.

Semua campuran ini untuk jalan dengan lalu-lintas ringan, terutama di daerah yang sulit mendapatkan agregat kasar. Gradasi pasir akan menentukan pemilihan Kelas A atau B. Campuran latasir memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. Karena memiliki ketahanan yang rendah terhadap alur (rutting), maka tidak diperkenankan digunakan dengan lapisan yang tebal untuk jalan dengan lalu lintas berat dan pada daerah tanjakan.

Lataston (Hot Rolled Sheet) mempunyai persyaratan kekuatan yang sama dengan tipikal yang disyaratkan untuk aspal beton konvensional (AC) yang bergradasi menerus. Lataston terdiri dari 2 macam campuran, Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. Gradasi Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) lebih kasar dari Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama adalah :
  • Gradasi yang benar – benar senjang
  • Sisa rongga udara paling sedikit 3% pada kepadatan membal (refusal desity). Agar diperoleh garasi senjang, maka hampir selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pacah mesin
Jika pasir alam halus tidak tersedia untuk memperoleh gradasi senjang maka campuran boleh menggunakan Aspal Beton (Asphalt Concreate)

Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal maupun variasi gradasi agregat dari pada Lataston (HRS). Aspal Beton (AC) terdiri dari Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan masing-masing campuran memiliki ukuran maksimum agregat 19 mm, 25.4 mm, 37.5 mm.

Tebal setiap lapisan campuran aspal dipantau dengan benda uji “inti” (core) perkerasan. Jarak dan lokasi pengambilan benda uji inti paling sedikit diambil dua buah dalam arah melintang dari masing-masing penampang lajur yang diperiksa. Jarak memanjang dari penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 200 m dan sedemikian rupa hingga jumlah total benda uji inti yang diambil dalam setiap ruas yang diukur untuk pembayaran tidak kurang dari 6 (enam).

Jika tebal setiap benda uji inti individu kurang dari tebal rancangan nominal pada setiap ruas, sebesar 3 mm untuk tebal nominal rancangan kurang dari 3 cm dan 5 cm untuk tebal rancangan nominal kurang atau sama dengan 3 cm, maka pengambilan benda uji tambahan pada lokasi yang tidak memenuhi syarat ketebalan sebelum pembongkaran dan lapisan kembali.

Tebal aktual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaanmerupakan tebal rata-rata semua benda uji inti yang diambil dari ruas tersebut.

Tebal aktual campuran aspal yang dihampar sama atau lebih besar dari tebal nominal rancangan untuk lapis aus harus sama dengan atau lebih besar dari tebal nominal rancangan yang ditentukan dalam Gambar.

Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran aspal yang dihampar dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk yang meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, jika berat aktual bahan terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima % dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka harus mengambil tindakan uantuk menyelidiki sebab terjadinya selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah terhampar.

Investigasi oleh Pemberi Tugas dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :
  • Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering mengambil atau lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji (core)
  • Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedur pengujian di laboratorium
  • Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independent dan pemeriksaan kepadatan campuran aspal yang dicapai di lapangan
  • Menerapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci
Meskipun demikian, investigasi detil belum tentu dapat menghasilkan nilai-nilai yang lebih akurat dalam menentukan kuantitas bahan yang dibayar. Dalam segala hal, tak peduli toleransi beratnya dilampaui atau tidak, pembayaran didasarkan atas dimensi nominal lapisan beraspal dan bukan atas berat bahan itu.

Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekuensi pengambilan benda uji (core), untuk survey geometrik tambahan ataupun pengujian laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya ditanggung oleh Kontraktor sendiri.

Berikut kriteria perbedaan kerataan permukaan campuran lapis aus (SS-A, SS-B, HRS-WC dan AC-WC) yang telah selesai dikerjakan :

i) Penampang Melintang
Jika diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat di atas sumbu jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus atau 10 mm untuk lapis pondasi.

ii) Kerataan Permukaan
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar lurus berjalan (rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampui 5 mm

Jika campuran aspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus sebagai lapis perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal

Standar rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :
  • SK SNI-M-02-1994-03 (AASHTO T11 – 90): Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan No.200 (0.075 mm)
  • SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 – 88): Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar
  • SNI-06-2456-1991 (AASHTO T49 – 89): Metode Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen
  • SNI-06-2432-1991 (AASHTO T51 – 89): Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal
  • SNI-03-2417-1991 (AASHTO T96 – 87): Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles
  • SNI-03-3407-1994 (AASHTO T104 – 86): Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
  • Pd M-21-1995-03 (AASHTO T170 – 90): Metode Pengujian Pemulihan Aspal Dengan Alat Penguap Putar
  • Pd M-03-1996-03 (AASHTO T176-86) : Pengujian Agregat Halus atau Pasir Yang Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir
  • SNI-06-2440-1991 (AASHTO T179 – 88): Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal dengan Cara A
  • SNI-03-2439-1991 (AASHTO T182 – 84): Metode Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal
  • SNI-06-2489-1991 (AASHTO T245 – 90): Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall
Standard AASHTO
  • AASHTO T73 – 89: Flash Point by Pensky-Martens Colded Tester
  • AASHTO T164 – 90: Quantitative Extraction of Bitumen from Bituminous Paving Mixtures
  • AASHTO T165 – 86: Effect of Water on Cohesion of Compacted Bituminous Paving Mixtures
  • AASHTO T166 – 88: Bulk Spesific Gravity of Compacted Bituminous Mixtures
  • AASHTO T168 – 82: Sampling Bituminous Paving Mixtures
  • AASHTO T209 – 90: Maximum Spesific Gravity of Bitominous Paving Mixtures
  • AASHTO M17 – 77: Pengisi Mineral untuk Campuran Paving Bitumen
  • AASHTO M20 – 70: Penetration Graded Asphalt Cement
  • AASHTO M29 – 90: Fine Aggregat for Bituminous Paving Mixtures
  • AASHTO M 226 – 90: Viscocity Graded Aasphalt Cement
  • AASHTO TP – 33: Metode Uji Kandungan Rongga Tak Padat Agregat Halus (dipengaruhi oleh Bentuk Partikel, Tekstur Permukaan dan Gradasi)
Standar lainnya :
  • ASTM D4791: Metode Uji Standar untuk Partikel Datar atau Memanjang dalam Agregat Kasar
  • ASTM D5581: Marshall Prosedure Test for Large Stone Asphalt
  • Pensylvania DoT Test Method, No.621: Determining the Percentage of Crushed Fragments in Gravel
  • BS 598 Part 104 (1989): Prosedur Pemadatan yang Digunakan dalam Uji Kepadatan Penolakan Persentase
Setiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini arus berlaku kecuali :
  • Bahan harus disebut SS(L), HRS-WC(L), HRS-Base(L), AC-WC(L), AC-BC(L) atau AC-BC(L) atau AC-Base(L) dsb.
  • Ketebalan yang digunakan untuk pembayaran bukannya tebal nominal rancangan diitung berdasarkan kepadatan, luas dan berat sebenarnya campuran yang dihampar.
Bahan – bahan Campuran

(1) Agregat – umum

Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus memenuhi semua ketentuan.

Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Pemberi Tugas. Material harus ditimbun/ditumpuk sesuai dengan persyaratan dalam Spesifikasi ini.

Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor sudah menumpuk setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran aspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan berikutnya.

Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %

Berat jenis (specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0.2

(2) Agregat Kasar

Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan No.8 (2.36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya

Fraksi agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan disiapkan dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). Ukuran maksimum adalah 1 ayakan yang lebih kecil dari ayakan pertama dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.

Agregat kasar mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel V-6. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai % terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4.75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih. (Pensylvania DoT’s Test Method No. 621).

Kerikil bersih boleh digunakan untuk agregat kasar Latasir kelas A dan B.

Jangan memggunakan agregat kasar dengan partikel yang lolos ayakan No. 200 (0.075 mm) lebih besar dari 1 %.

Tabel Standar Pengujian Agregat Kasar

Pengujian

Standar

Nilai

 

Ketahanan bentuk agregat dari larutan natrium dan magnesium sulfat

SNI 03-3407-1994

Maks.12 %

 

Abrasi Los Angeles machine

SNI 03-2417-1991

Maks. 40%

 

Daya lekat agregat pada aspal

SNI 03-2439-1991

Min. 95%

 

Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)

Lalu Lintas < 1 juta ESA

DoT’s

Pensylvania

Test Method

PTM No. 621

85/80

Lalu Lintas > 1 juta ESA

95/90

Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10 cm)

Lalu Lintas < 1 juta ESA

60/50

Lalu Lintas > 1 juta ESA

80/75

Partikel Pipih dan Lonjong

ASTM D-4791

Maks. 10 %

 

Catatan :

85/80 menunjukkan bahwa 85 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 80 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

Fraksi individu agregat kasar ditumpuk terpisah dan dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.

Batas-batas yang ditentukan untuk partikel kepipihan dan kelonjongan dapat dinaikan jika agregat tersebut memenuhi semua ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat dipertanggungjawabkan telah dilakukan untuk memperoleh bentuk partikel agregat yang baik.

(3) Agregat halus untuk Campuran Aspal

Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2.36 mm).

Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal, maksimum yang disarankan untuk Laston (AC) adalah 15 %.

Bahan agregat halus bersih, keras dan bebas dari lempung. Agar dapat memenuhi ketentuan pasal ini batu pecah halus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok pemecah batu (crusher feed) diayak dan ditempatkan tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses pemecahan kedua (secondary crushing). Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta mempuyai partikel lolos ayakan No. 200 (0.075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand equivalent) kurang dari 50 sesuai dengan Pd M-03-1996-03, tidak diperkenankan untuk digunakan dalam campuran.

Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.

Agregat halus harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan berikut

Tabel  Standar Pengujian Angularitas

Pengujian

Lalu Lintas

Standar

Nilai

Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)

< 1 juta ESA

AASHTO TP-33

Min. 40 %

> 1 juta ESA

Min. 45 %

Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10 cm)

< 1 juta ESA

Min. 40 %

> 1 juta ESA

Min. 40 %

(4) Bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal

Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), semen Portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya. Bahan tersebut bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.

Bahan pengisi yang ditambahkan kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan jika diuji dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-1994-03 mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 mikron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.

Jika kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1.0 % dari berat total campuran aspal.

(5) Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam % terhadap berat agregat, memenuhi batas-batas dan berada di luar Daerah Larangan (Restriction Zone). Gradasi agregat gabungan mempunyai jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dan terletak di luar Daerah Larangan.

Tabel Batas Toleransi Gradasi Agregar Gabungan

Ukuran

Ayakan

% Berat Yang Lolos

Latasir (SS)

Lataston (HRS)

LASTON (AC)

ASTM

(mm)

Kelas A

Kelas B

WC

Base

WC

BC

Base

11/2”

37.5

 

 

 

 

 

 

100

1”

25

 

 

 

 

 

100

90 – 100

¾”

19

100

100

100

100

100

90 – 100

Maks. 90

1/2”

12.5

 

 

90 – 100

90 – 100

90 – 100

Maks. 90

 

3/8”

9.5

90 – 100

 

75 – 85

65 – 100

Maks. 90

 

 

No. 8

2.36

 

75 – 100

50 – 721

35 – 551

28 – 58

23 – 39

19 – 45

No. 16

1.18

 

 

 

 

 

 

 

No. 30

0.600

 

 

35 – 60

15 – 35

 

 

 

No. 200

0.075

10 – 15

8 – 13

6 – 12

2 – 9

4 – 10

4 – 8

3 – 7

 

DAERAH LARANGAN

No. 4

4.75

 

 

 

 

-

-

39.5

No. 8

2.36

 

 

 

 

39.1

34.6

26.8 – 30.8

No. 16

1.18

 

 

 

 

25.6 –31.6

22.3 – 28.3

18.1 – 24.1

No. 30

0.600

 

 

 

 

19.1 – 23.1

16.7 – 20.7

13.6 – 17.6

No. 50

0.300

 

 

 

 

15.5

13.7

11.4

Catatan :

HRS-WC dan HRS-Base paling sedikit 80 % lolos ayakan No. 8 (2.36 mm) dan No. 30 (0.600 mm).

Untuk AC, digunakan titik control gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2.36 mm) dan ayakan terkecil (0.075 mm).

Tabel Presentasi ayakan yang lolos pengaringan

% lolos No. 8

40

50

60

70

% lolos No. 30

Terendah 32

Terendah 40

Terendah 48

Terendah 56

Prosentasi kesenjangan

8 atau kurang

10 atau kurang

12 atau kurang

14 atau kurang

(6) Bahan Aspal untuk Aspal Campuran Aspal

Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen. 60/70. Bahan aspal memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek minimum 48C, yang ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53). Pengambilan contoh bahan aspal dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Sample awal langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek sehingga bahan aspal di truk tangki harus menunggu hasil sample awal ini sebelum dialirkan ke dalam tangki penyimpan. Jika hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian, tidak berarti bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final kecuali bahan aspal dari contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat bahan aspal.

Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan campuran mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan nilai aktifitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing – masing dengan prosedur SNI-06-2456-1991 dan SNI – 06 – 2432 – 1991

Bahan aspal diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI – 03 – 3640 – 1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapi 200 mm, partikel ineral yang terkandung dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilaman kadar abu batu dalam bahan aspal yang diperole kembali tidak melebih 1% (dengan pengapian). Bahan aspal diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T 170.

(7) Bahan aditif untuk Aspal

Aditif kelekatan dan anti pengelupasan ditambahkan ke dalam bahan aspal jika diperlukan.

Komposisi Campuran

Komposisi umum campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filter yang ditambahkan boleh digunakan jika diperlukan untuk menjamin sifat – sifat memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

Kadar aspal dalam campuran akan bergantung pada penyerapan agregat yang digunakan. Agregat yang berabsorbsi akan mempunyai variasi penyerapan yang lebih besar. Agregat yang mempunyai penyerapan tinggi akan membuat campuran menjadi mahal dan juga kurang dapat dipercaya. Agregat dari sumber dengan daya penyerapan yang paling kecil dan harga yang bersaing harus digunakan.

Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran aspal dalam Pekerjaan, Kontraktir disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan agregat dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat diinstalasi pencampur aspal

Pengujian terdiri dari analisa saringan, berat jenis dan penyerapan air semua agregat. Pengujian pada campuran aspal percobaan akan meliputi penentuan Berat jenis Maksimum campuran aspal (AASHTO T209-90), pengujian sifat-sifa Marshall (SNI 06-2489-1990) dan kepadatan Membal (Refusal density) campuran rancangan (BS 598 part 104-1989).

Suatu gradasi agregat yang cocok diperoleh dari penentuan prosentasi yang memadai dari setiap fraksi agregat. Gradasi akhir harus jauh dari kurva Fuller. Jika campuran adalah HRS yang bergradasi halus (mendekati batas titik-titik kontrol atas), maka akan diperoleh Rongga dalam Agregat (VMA) yang lebih besar.

Pasir halus yang digabung dengan agregat pecah akan mempunyai bahan antara 2.36 mm dan 600 mikron yang sesedikit mungkin. Bahan yang lolos ayakan 2.36 mm dan juga tertahan ayakan 600 mikron sebesar 20 % masih dapat diterima, akan lebih baik bila 10 – 15 %.

Campuran Aspal Beton (AC) dapat dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-titik control atas), tetapi akan sulit memperoleh Rongga dalam Agregat (VMA) yang disyaratkan.

Membuat Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula) dengan cara rancangan dan pemadatan Marshall sampai membal (refusal). Perkirakan awal kadar aspal rancangan dapat diperoleh dari rumus di bawah ini (hanya digunakan sebagai petunjuk) :

Pb = 0.035 (% CA) + 0.045 (% FA) + 0.18 (% Filler) + Konstanta

Dimana : Pb = kadar aspal
CA = agregat kasar
FA = agregat halus

Nilai konstanta sekitar 0.5 – 1.0 untuk AC dan 2.0 – 3.0 untuk HRS. Buatlah benda uji dengan kadar aspal di atas, dibulatkan mendekati 0.5 %, dengan tiga kadar aspal di atas dan dua kadar aspal di bawah kadar aspal perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0.5 % ini.(Contoh, jika rumus memberikan nilai 5.7%, dibulatkan menjadi 5.5%, buatlah benda uji dengan kadar aspal 5.5%, dengan 6%, 6.5%, dan 7%, dengan 4.5% dan 5%).

Setelah perendaman diukur berat isi benda uji, stabilitas Marshall, kelelehan dan stabilitas sisa dan pada rongga udara 0 diukur kepadatanya. Selanjutnya diukur rongga dalam Agregat (VMA), rongga Terisi Aspal (VFB) dan Rongga dalam Campuran (VIM). Gambarkan semua hasil tersebut dalam grafik.

Buatlah benda uji tambahan dan dipadatkan sampai membal (refusal) dengan menggunakan prosedur PRD – BS 598 untuk empat kadar aspal (1 yang memberikan rongga dalam agregat di atas 6 %, 6 % dan 2 di bawah 6 %). Ukur berat isi benda uji dan atau hitung kepadatan pada rongga udara nol.

Gambarkan batas-batas yang disyaratkan dalam grafik untuk setiap parameter dan tentukan rentang kadar aspal yang memenuhi semua ketentuan. Gambarkan rentang ini dalam skala balok.

Petunjuk Untuk Campuran Khusus

Latasir (Sand Sheet)

Carilah sumber pasir yang memadai. Gunakan pasir yang mempunyai angularitas yang lebih besar agar dapat memberikan campuran yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap deformasi.

Lataston (HRS)

Agregat kasar dan halus digunakan untuk semua campuran bergradasi senjang dengan komposisi 2 ukuran agregat kasar 2 ukuran agregat halus yang salah satunya adalah pasir bergradasi halus. Perhatikan ketentuan batas-batas bahan bergradasi senjang yaitu bahan yang lolos ayakan 2.36 mm tetapi tertahan ayakan 0.600 mm

Campuran Bergradasi Menerus (Aspal Beton)

Jauhkanlah gradasi dari kurva Fuller dan kemudian arahkan gradasi memotong fraksi medium (2.36 mm) dan selanjutnya gerakkan gradasi kea rah bawah menjauhi kurva Fuller. Buatlah campuran dengan rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal) sebesar 2.5 % untuk lalu lintas berat, 2 % untuk menengah dan 1 % untuk lalu lintas ringan.

Tabel Sifat Campuran Bergradasi Menerus

Sifat-sifat Campuran

 

Latasir

Lataston

Laston

Kelas A & B

WC & Base

WC & BC

Base

Penyerapan Kadar Aspal

Maks.

2.0

1.7

1.7

1.7

Kadar aspal total (% berat total)

 

Sebesar yang diperlukan untuk memenuhi semua ketentuan dalam Spesifikasi ini

Jumlah tumbukan

 

50 x 2

75 x 2

75 x 2

112 x 2 (1)

Rongga dalam Campuran (%)(4)

Lalu lintas (LL) > 1 juta ESA

Min.

Tidak digunakan untuk LL berat

-

4.9

Maks.

-

5.9

> 0.5 juta ESA & < 1 juta ESA

Min.

4.0

3.9

Maks.

6.0

4.9

Lalu lintas (LL) < 0.5 juta ESA

Min.

3.0

3.0

Maks.

6.0

5.0

Rongga dalam Agregat (VMA) (%)

Min.

20

18

16

16

Rongga terisi aspal (%)

Lalu lintas (LL) > 1 juta ESA

Min.

Tidak digunakan untuk LL berat

65

65

65

Maks.

-

-

-

> 0.5 juta ESA & < 1 juta ESA

Min.

68

68

68

Maks.

-

-

-

Lalu lintas (LL) < 0.5 juta ESA

Min.

75

75

75

75

Maks.

-

-

-

-

Stabilitas Marshall (kg)

Min.

200

800

800

1800 (1)

Maks.

850

-

-

-

Kelelehan (mm)

Min.

2

2

2

3(1)

Maks

3

-

-

-

Marshall Quotient (kg/mm)

Min.

80

200

200

200

Maks.

400

500

500

500

Stabilitas Marshall Sisa setelah perendaman selama 24 jam pada 60°C

Min.

75 %

75 %

75 %

75 %

Rongga dalam campuran (%) pada (2) Kepadatan membal (refusal)

Lalu lintas (LL) > 1 juta ESA

Min.

Tidak digunakan untuk LL berat

3

3

3

Maks.

5

5

5

> 0.5 juta ESA & < 1 juta ESA

Min.

2

2

2

Maks

5

5

5

Lalu lintas (LL) < 0.5 juta ESA

Min.

1

1

1

1

Maks.

4

4

4

4

Catatan :

Modifikasi Marshall. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibratory hammer) disarankan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran.

Untuk lalu lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan criteria ESA yang lebih tinggi

Untuk lalu lintas berat, aspal beton harus dikontrol dengan lebih ketat.

Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum Agregat (Gmm test, AASHTO T-209).

Percobaan campuran di instansi pencampur aspal dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan rancangan campuran dapat disetujui sebagai Rumus Perbandingan Campuran (JMF).

Contoh campuran aspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji Marshall dicetak dan dipadatkan pada temperature yang disyaratkan dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan.

Tabel  Toleransi Komposisi Campuran

Agregat Gabungan Lolos Ayakan

Toleransi Komposisi Campuran

Sama atau lebih besar dari 2.36 mm

+ 5 % berat total agregat

2.36mm sampai No. 50

+ 3 % berat total agregat

No. 100 dan tertahan No. 200

+ 2 % berat total agregat

No. 200

+ 1 % berat total agregat

Kadar Aspal

Toleransi

Kadar aspal

+ 0.3 % berat total campuran

Temperatur Campuran

Toleransi

Bahan AMP untuk penghamparan

+ 10 °C

 

Jika setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Rumus Perbandingan Campuran (JMF) dan toleransi yang diijinakn, tetapi menunjukkan perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu Rumus Perbandingan Campuran (JMF) baru harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas biaya Kontraktor sendiri untuk disetujui, sebelum campuran aspal baru dihampar di lapangan.

Batas – batas absolute yang ditentukan oleh Rumus Perbandingan Campuran maupun Toleransi yang diijinkan menunjukkan bahwa Kontraktor bekerja dalam batas – batas yang digariskan pada setiap saat.
seputarpabrik.com
Semoga bermanfaat
Share WhatsApp

Related Posts